Minggu, 30 Oktober 2011

Puisi


Kapal Pecah

Mimpi buruk nahkoda terjang ombak pasang, semuanya saling salah menyalahkan,
Asa ku berlayar dengan cadik yang engkau kumalkan, isyaratkan ketegasan yang menanyakan iman, keyakinan dan kekuatan azam, jangan pernah kau sangka lagi mereka kurang kawan,  pengetahuannya meluasi samudra hitam yang terkangkang, sekarang lentera jahanam telah membakar awak kapal yang dijuluki siraja hitam yang kehilangan arah.
 siapa yang kau salahkan..?
Hangus terbakarlah beliau, Berteriak sehening tokek memandang didepan mataku yang telanjang.
Aku sadar dan berkata-kata seperti kesibukanmu kegelisahan.
Ingin sekaliku kadukan kepada tuhan, sambil terisak-isak dan menangis aku ceritakan semua kepadNya, aku sedih tuhan, dan aku ingin membalaskan dendam orang yang aku sayang yang dia tamatkan dengan alasan kebohongan ku saksikan kezalimannya tuhan,
Hei tuan-tuan, ini salahmu,
 Ibu, bayi, kau tidurkan dijalanan, dia meanampung karena kelaparan, sedangkan engkau menganggap karena tidak mau berusaha, kau anggap mereka karena kemalasan yang diwariskan bapaknya.
Semuanya salahmu, jangan kau bilang dia anak tak bertuhan,  tercukam hati ini tuan,
Ku cabik, ku tusuk, ku basahi bumi ini dengan darah jahannam warisan dari masamu yang serba kurang.
Tak ada kedamaian lagi bagiku, telah habis kesabaran ini karna fitnahmu,
Asma wa sifat berbanding terbalik dengan apa yang kau khotbahkan, teks panjang yang kau ceritakan membuat ibuku senyum dan jatuh cinta, kau hancurkan keluargaku, aduh gila tak terbayangkan betapa kecewanya bapakku.
Karimuntiang, 8 Agustu 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar